Pendahuluan
Sejak dunia stratap, eh startup merajalela pasti kalian yang pernah atau telah berkecimpung di dunia teknologi sering mendengar istilah MVP. Ya, MVP inilah yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sebuah startup company.
Gak hanya startup sih, lingkupnya bisa lebih luas lagi, terutama kalau dalam hal product development. Semua product besar yang terkenal sekarang ini, sebenarnya lahir dari MVP.
Sebentar, sebentar. Sebelum lebih jauh, mungkin kita harus tau istilah MVP ini apa sih maksudnya? Oke mari kita mulai ya...
MVP = Minimum Viable Product
Ya, itu adalah kepanjangan dari MVP. Secara harafiah, MVP berarti adalah product yang memiliki fitur dasar untuk menarik perhatian dan memenuhi kebutuhan pengguna yang menjadi target pasar.
Dilansir di Forbes, istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Eric Ries, salah seorang pengusaha dan juga konsultan startup dari Amerika dengan bukunya yang berjudul Lean Startup. Teknik ini biasa digunakan untuk memvalidasi kembali asumsi dari sebuah model bisnis dan menguji target pasar yang dituju.
Dengan MVP, perusahaan bisa dengan waktu yang relatif singkat membangun dan merilis produk dengan fitur dasar dan "melemparnya ke konsumen". Setelah itu, pastinya user atau konsumen akan memberikan feedback untuk memberitahu apa saja yang harus di-improve untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dari customer feedback itulah akhirnya bisa dilakukan iterasi kembali untuk menyesuaikan dengan kebutuhan user.
Ingat! MVP berbeda dengan prototype. Jangan hanya berfokus pada kata "minimum", tetapi juga ada istilah "viable". Jangan juga hanya fokus untuk menyempurnakan fitur, tetapi juga harus menemukan kesesuaian dengan market yang ada dan tentunya dikondisikan dengan kondisi "real"-nya.
Nah kalau sekilas membaca pengertian tadi, dapat kita pahami bahwa MVP bukanlah sekedar produk, melainkan sebuah proses atau kerangka berpikir (framework) karena terdapat proses iterasi yang akan dilakukan terus-menerus mengingat kebutuhan user bisa berubah seiring perkembangan zaman.
Cara Bikin MVP Sendiri
Tidak hanya untuk skala perusahaan atau startup, kita sendiri pun secara individu bisa menerapkan teknik MVP ini loh. Saya pun sendiri sudah mencoba menerapkannya dan ternyata menyenangkan, hahaha. Tidak perlu sampai menghasilkan provit sih, setidaknya ini bisa digunakan untuk self-improvement. Kalau provit ya syukurlah.
Saya menerapkan teknik ini ketika saya membuat mini-project Link Shortener sederhana. Live demo-nya dapat diakses di https://link.yehezgun.com/. Selanjutnya, saya akan membahas bagaimana membuat MVP dari sudut pandang saya sebagai frontend engineer. Maklum karena saya sudah cukup lama berkecimpung di bidang itu. Teman-teman pembaca bisa menyesuaikan dengan bidang dan kondisi masing-masing ya, hehehe.
Singkatnya, ada 4 cara untuk membuat MVP ala kalian sendiri. Dilihat pada gambar ini. Coba kita bahas satu per satu. Saya akan bahas dalam scope mini-project yang telah saya buat sebelumnya, supaya lebih pas dengan kondisi "real" yang dihadapi.
Cari Tahu Masalah Apa yang Ingin Diselesaikan
Sebelum menyelesaikan masalah, pasti harus tahu dulu kan masalahnya apa. Sesederhana itu, tetapi sesulit itu juga menjalankannya apabila sudah terbiasa bar-bar, eitss.
Kalau sudah sampai ranah bisnis, pastinya solusi yang dibuat harus bisa dijadikan sumber provit atau untung. Tetapi untuk scope kecil ini, setidaknya requirement yang ditentukan bisa menyelesaikan masalah yang ingin kita solve.
Menyesuaikan dengan scope mini-project saya, yaitu Link Shortener, berarti saya ingin membuat aplikasi web yang bisa meringkas alamat web yang dirasa terlalu panjang. Bahkan, aplikasi web ini juga bisa meng-custom alamat web dengan domain yang lebih singkat dan mudah diingat.
Buat Visi Jangka Panjang
Setelah kita tahu akar masalah yang akan kita solve, saatnya koding. Eh jangan dulu!
Tentukan dulu, produk yang kita buat sejatinya akan dijadikan apa atau lebih mudahnya, produk kita mau dikenal sebagai apa?
Intinya, jangan hanya sekadar produknya jadi, tetapi tidak dipikirkan apa goal jangka panjangnya. Kalau dalam ranah bisnis, pastinya ini sudah menjadi visi utama dari produk yang dibuat.
Hm... susah ya, rasanya terlalu besar visinya. Oke, kita perkecil scope-nya. Menyesuaikan dengan project Link Shortener tadi, saya ingin agar link shortener yang saya buat ini bisa dengan mudah meringkas url atau alamat web yang dirasa terlalu panjang menjadi alamat web yang lebih singkat dan mudah diingat.
Nah dengan mengetahui tujuan akhir atau kerennya endgame dari produk yang akan kita buat, barulah kita bisa mulai implementasi.
Implementasi Pengembangan MVP
Nah di tahap ini, baru deh koding. Eitsss... gak asal koding yak.
Setidaknya, 4 prinsip yang harus kita ketahui sebelum lebih jauh.
1. Fokus pada problem utama yang ingin dipecahkan
Nah kembali ke dasar. Jangan sampai produk yang kita buat tidak menyelesaikan masalah yang sebelumnya sudah kita ketahui ya. Kalau dalam konteks aplikasi link shortener tadi, hasil akhirnya harus bisa meringkas url yang tadinya panjang menjadi lebih pendek.
2. Prioritaskan fitur utama.
Kalau pakai contoh link shortener tadi, fitur utama yang akan dibuat adalah fitur meringkas url yang panjang menjadi lebih pendek, baik secara random ataupun custom dari input user.
3. Pastikan Produknya Selesai
Walaupun ada kata "minimum" pada MVP, bukan berarti jadi asal-asalan atau "serabutan".
Minimum yang dimaksud adalah produk yang dihasilkan haruslah memenuhi kebutuhan user walaupun dengan fitur-fitur yang mungkin masih basic.
4. Iterasi secara konsisten
Ingat, MVP itu adalah proses, bukan sekedar garis finish. Tentunya kita perlu tahu apa saja yang harus di-improve ke depannya. Di tahap ini, evaluasi kembali apakah produk yang dibuat telah sesuai dengan target pasar. Bahkan kalau scope-nya sudah masuk ke ranah bisnis, harus divalidasi kembali dengan user feedback yang diterima. Dengan demikian, kita pun semakin tahu secara mendalam apa yang dibutuhkan user atau target pasar.
Kalau dalam scope project pribadi, setidaknya setelah kita merilis aplikasi yang dibuat, coba buat semacam to do list yang berisi improvement apa saja yang sekiranya bisa dibuat di masa mendatang nanti.
Setelah itu, kembalilah ke tahap pertama dan lakukan secara konsisten.
Buat Roadmap
Tidak hanya sekedar menyelesaikan atau membuat produk. Perlu ada rencana jangka panjang agar produk yang dibuat bisa menjadi long last.
Untuk skala kecil, tidak perlu sampai memikirkan strategi marketing atau bahkan meningkatkan "cuan", hahaha. Kalau ala saya sih, saya membuat to do list sederhana yang berisi fitur-fitur atau perbaikan apa saja yang nantinya akan saya buat di project link shortener tadi. Contohnya bisa diakses di https://github.com/yehezkielgunawan/yehez-shortin.
Daripada nunggu sempurna, kenapa gak coba bikin versi "lite"-nya, tapi setelah itu di-improve pelan-pelan. (Kata seorang teman)
Mungkin penjelasan saya ini terdengar oversimplifikasi. Aslinya sih, lebih komplek ya kalau bicara soal MVP. Tetapi setidaknya, prinsip sederhana ini bisa kita terapkan untuk self improvement secara individu kita masing-masing.
Nah seperti itulah kira-kira proses membuat MVP sendiri. Gimana denganmu? Boleh ditulis di kolom komentar ya.
Referensi :
Bangkit Academy Soft Skills Module 6: Idea Generation and MVP Planning
Discussion